Amikom

SWF

Jumat, 04 Maret 2016

Budidaya Belut



Karya Ilmiah Peluang Bisnis
“Budidaya Belut”




Nama         : Brian Pratama
Kelas          : 13-S1TI-03
NIM           : 13.11.6918



ABSTRACT

Karya ilmiah yang saya susun ini menjelaskan tentang lingkungan bisnis yang berjudul Budidaya Belut atau biasa disebut kepiting cangkang muda, Usaha budidaya Belut merupakan usaha yang gampang gampang susah. Dalam perencanaan bisnis budidaya Belut ini, tidak harus merekrut tenaga kerja, usaha ini dapat dikerjakan dengan kelompok atau anggota keluarga baik dari pemeliharaan, perawatan kolam dan bagian pemasarannya.
Peluang usaha budidaya Belut merupakan salah satu peluang usaha yang cukup diperhitungkan saat ini karena Belut banyak dicari oleh pembisnis Makanan yang menempatkan olahan belut di daftar menu nya.
Cara Budidaya Belut didalam kolam adalah dengan cara membuat kolam sedangkan jika beternak dalam drum maka wadah untuk pemeliharaan yang digunakan adalah drum itulah perbedaan keduanya sedangkan dalam tehnis budidaya sama saja. Perlu diingat bahwa belut akan cepat besar jika medianya cocok sehingga dalam budidaya belut dalam kolam dan drum media harus menjadi perhatian yang utama.



 

ISI

Belut merupakan binatang air yang digolongkan dalam kelompok ikan. Berbeda dengan kebanyakan jenis ikan lainnya, belut bisa hidup dalam lumpur dengan sedikit air. Binatang ini mempunyai dua sistem pernapasan yang bisa membuatnya bertahan dalam kondisi tersebut.
Jenis belut yang paling banyak dikenal di Indonesia adalah belut sawah (Monopterus albus). Di beberapa tempat dikenal juga belut rawa (Synbranchus bengalensis). Perbedaan belut sawah dan belut rawa yang paling mencolok adalah postur tubuhnya. Belut sawah tubuhnya pendek dan gemuk, sedangkan belut rawa lebih panjang dan ramping.
Terdapat dua segmen usaha budidaya belut yaitu pembibitan dan pembesaran. Pembibitan bertujuan untuk menghasilkan anakan. Sedangkan pembesaran bertujuan untuk menghasilkan belut hingga ukuran siap konsumsi.
Kali ini alamtani akan menguraikan tentang budidaya pembesaran belut di kolam tembok. Mulai dari pemilihan bibit hingga pemanenan. Semoga bermanfaat.

Memilih bibit belut

Bibit untuk budidaya belut bisa didapatkan dari hasil tangkapan atau hasil budidaya. Keduanya memiliki kekurangan dan keunggulan masing-masing.
Bibit hasil tangkapan memiliki beberapa kekurangan, seperti ukuran yang tidak seragam dan adanya kemungkinan trauma karena metode penangkapan. Kelebihan bibit hasil tangkapan adalah rasanya lebih gurih sehingga harga jualnya lebih baik.
Kekurangan bibit hasil budidaya harga jualnya biasanya lebih rendah dari belut tangkapan. Sedangkan kelebihannya ukuran bibit lebih seragam, bisa tersedia dalam jumlah banyak, dan kontinuitasnya terjamin. Selain itu, bibit hasil budidaya memiliki daya tumbuh yang relatif sama karena biasanya berasal dari induk yang seragam.
Bibit belut hasil budidaya diperoleh dengan cara memijahkan belut jantan dengan betina secara alami. Sejauh ini di Indonesia belum ada pemijahan buatan (seperti suntik hormon) untuk belut. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pembibitan, silahkan baca kiat sukses pembibitan belut.
Bibit yang baik untuk budidaya belut hendaknya memiliki kriteria berikut:
  • Ukurannya seragam. Ukuran bibit yang seragam dimaksudkan untuk memudahkan pemeliharaan dan menekan risiko kanibalisme atau saling memangsa.
  • Gerakannya aktif dan lincah, tidak loyo.
  • Tidak cacat atau luka secara fisik.
  • Bebas dari penyakit.
Budidaya belut untuk segmen pembesaran biasanya menggunakan bibit belut berukuran panjang 10-12 cm. Bibit sebesar ini memerlukan waktu pemeliharaan sekitar 3-4 bulan, hingga siap konsumsi. Untuk pasar ekspor yang menghendaki ukuran lebih besar, waktu pemeliharaan bisa mencapai 6 bulan.

Menyiapkan kolam budidaya belut

Budidaya belut bisa dilakukan dalam kolam permanen maupun semi permanen. Kolam permanen yang sering dipakai antara lain kolam tanah, sawah, dan kolam tembok. Sedangkan kolam semi permanen antara lain kolam terpal, drum, tong, kontainer plastik dan jaring.
Kali ini kita akan membahas budidya belut di kola tembok. Kolam tembok relatif lebih kuat, umur ekonomisnya bisa bertahan hingga 5 tahun.
Bentuk dan luas kolam tembok bisa dibuat berbagai macam, disesuaikan dengan keadaan ruang dan kebutuhan. Ketinggian kolam berkisar 1-1,25 meter. Lubang pengeluaran dibuat dengan pipa yang agak besar untuk memudahkan penggantian media tumbuh.
Untuk kolam tembok yang masih baru, sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu selama beberapa minggu. Kemudian direndam dengan air dan tambahkan daun pisang, sabut kelapa, atau pelepah pisang. Lakukan pencucian minimal tiga kali atau sampai bau semennya hilang.

Media tumbuh untuk budidaya belut

Di alam bebas belut sering dijumpai dalam perairan berlumpur. Lumpur merupakan tempat perlindungan bagi belut. Dalam kolam budidaya pun, belut membutuhkan media tumbuh berupa lumpur.
Beberapa material yang bisa dijadikan bahan membuat lumpur/media tumbuh antara lain, lumpur sawah, kompos, humus, pupuk kandang, sekam padi, jerami padi, pelepah pisang, dedak, tanaman air, dan mikroba dekomposer.
Komposisi material organik dalam media tumbuh budidaya belut tidak ada patokannya. Sangat tergantung dengan kebiasaan dan pengalaman. Pembudidaya bisa meramu sendiri media tumbuh dari bahan-bahan yang mudah didapatkan.
Berikut ini salah satu alternatif langkah-langkah membuat media tumbuh untuk budididaya belut:
  • Bersihkan dan keringkan kolam. Kemudian letakkan jerami padi yang telah dirajang pada dasar kolam setebal kurang lebih 20 cm.
  • Letakkan pelepah pisang yang telah dirajang setebal 6 cm, di atas lapisan jerami.
  • Tambahkan campuran pupuk kandang (kotoran kerbau atau sapi), kompos atau tanah humus setebal 20-25 cm, di atas pelepah pisang. Pupuk organik berguna untuk memicu pertumbuhan biota yang bisa menjadi penyedia makanan alami bagi belut.
  • Siram lapisan media tumbuh tersebut dengan cairan bioaktivator atau mikroba dekomposer, misalnya larutan EM4.
  • Timbun dengan lumpur sawah atau rawa setebal 10-15 cm. Biarkan media tumbuh selama 1-2 minggu agar terfermentasi sempurna.
  • Alirkan air bersih selama 3-4 hari pada media tumbuh yang telah terfermentasi tersebut untuk membersihkan racun. Setel besar debit air, jangan terlalu deras agar tidak erosi.
  • Langkah terakhir, genangi media tumbuh tersebut dengan air bersih. Kedalaman air 5 cm dari permukaan. Pada kolam tersebut bisa diberikan tanaman air seperti eceng gondok. Jangan terlalu padat.
  • Dari proses di atas didapatkan lapisan media tumbuh/lumpur setebal kurang lebih 60 cm. Setelah semuanya selesai, bibit belut siap untuk ditebar.
Catatan: Dengan metode lain, budidaya belut bisa dipelihara dalam air bersih tanpa menggunakan lumpur.

Penebaran bibit dan pengaturan air

Belut merupakan hewan yang bisa dibudidayakan dengan kepadatan tinggi. Kepadatan tebar untuk bibit belut berukuran panjang 10-12 cm berkisar 50-100 ekor/m2.
Lakukan penebaran bibit pada pagi atau sore hari, agar belut tidak stres. Bibit yang berasal dari tangkapan alam sebaiknya dikarantina terlebih dahulu selama 1-2 hari. Proses karantina dilakukan dengan meletakkan bibit dalam air bersih yang mengalir. Berikan pakan berupa kocokan telur selama dalam proses karantina.
Aturlah sirkulasi air dengan seksama. Jangan terlalu deras (air seperti genangan sawah) yang penting terjadi sirkulasi air. Atur juga kedalaman air, hal ini berpengaruh pada postur tubuh belut. Air yang terlalu dalam akan membuat belut banyak bergerak untuk mengambil oksigen dari permukaan, sehingga belut akan lebih kurus.

Pemberian pakan

Belut merupakan hewan yang rakus. Keterlambatan dalam memberikan pakan bisa berakibat fatal. Terutama pada belut yang baru ditebar.
Takaran pakan harus disesuaikan dengan berat populasi belut. Secara umum belut membutuhkan jumlah pakan sebanyak 5-20% dari bobot tubuhnya setiap hari.
Berikut kebutuhan pakan harian untuk bobot populasi belut 10 kg:
  • Umur 0-1 bulan: 0,5 kg
  • Umur 1-2 bulan: 1 kg
  • Umur 2-3 bulan: 1,5 kg
  • Umur 3-4 bulan: 2 kg
Pakan budidaya belut bisa berupa pakan hidup atau pakan mati. Pakan hidup bagi belut yang masih kecil (larva) antara lain zooplankton, cacing, kutu air (daphnia/moina), cacing, kecebong, larva ikan, dan larva serangga. Sedangkan belut yang telah dewasa bisa diberi makanan berupa ikan, katak, serangga, kepiting yuyu, bekicot, belatung, dan keong. Frekuensi pemberian pakan hidup dapat dilakukan 3 hari sekali.
Untuk pakan mati bisa diberikan bangkai ayam, cincangan bekicot, ikan rucah, cincangan kepiting yuyu, atau pelet. Pakan mati untuk budidaya belut sebaiknya diberikan setelah direbus terlebih dahulu. Frekuensi pemberian pakan mati bisa 1-2 kali setiap hari.
Karena belut binatang nokturnal, pemberian pakan akan lebih efektif pada sore atau malam hari. Kecuali pada tempat budidaya yang ternaungi, pemberian pakan bisa dilakukan sepanjang hari.

Pemanenan

Tidak ada patokan seberapa besar ukuran belut dikatakan siap konsumsi. Tapi secara umum pasar domestik biasanya menghendaki belut berukuran lebih kecil, sedangkan pasar ekspor menghendaki ukuran yang lebih besar. Untuk pasar domestik, lama pemeliharaan pembesaran berkisar 3-4 bulan, sedangkan untuk pasar ekspor 3-6 bulan, bahkan bisa lebih, terhitung sejak bibit ditebar.
Terdapat dua cara memanen budidaya belut, panen sebagian dan panen total. Panen sebagian dilakukan dengan cara memanen semua populasi belut, kemudian belut yang masih kecil dipisahkan untuk dipelihara kembali.
Sedangkan pemanenan total biasanya dilakukan pada budidaya belut intensif, dimana pemberian pakan dan metode budidaya dilakukan secara cermat. Sehingga belut yang dihasilkan memiliki ukuran yang lebih seragam.

REFERENSI

Budidaya Kepiting Soka



Karya Ilmiah Peluang Bisnis
“Budidaya Kepiting Soka”



        Nama         : Brian Pratama
        Kelas          : 13-S1TI-03
        NIM           : 13.11.6918


ABSTRACT

Karya ilmiah yang saya susun ini menjelaskan tentang lingkungan bisnis yang berjudul Budidaya Kepiting Soka atau biasa disebut kepiting cangkang muda, Usaha budidaya kepiting Soka merupakan usaha yang gampang gampang susah. Dalam perencanaan bisnis budidaya kepiting Soka ini, tidak harus merekrut tenaga kerja, usaha ini dapat dikerjakan dengan kelompok atau anggota keluarga baik dari pemeliharaan, perawatan kolam dan bagian pemasarannya.
Peluang usaha budidaya kepiting Soka merupakan salah satu peluang usaha yang cukup diperhitungkan saat ini karena kepiting Soka banyak dicari oleh pembisnis restoran-restoran elit karena memiliki cangkang yang lunak dan tekstur daging yang masih muda yang lembut.
Cara pemeliharaannya yang lumayan sulit, dan membutuhkan pengontrolan yang extra, banyaknya peluang yang masih ada yang menjadikan kepiting Soka sebagai komoditas perikanan yang mahal dan banyak dicari dipasaran. Dengan bisnis usaha ini dapat menghasilkan keuntungan yang besar dan investasi yang sangat menguntungkan bagi banyak pihak.



 

ISI

A. Tempat dan Waktu
Budidaya kepiting Soka baik dilakukan didaerah pedesaan karena tekstur tanahnya umumnya berlumpur, kemudian juga didukung oleh kondisi vegetasi mangrove yang cukup baik sehingga sangat cocok untuk tempat pengembangan budidaya kepiting Soka.
Waktu yang tepat untuk memulai budidaya kepiting Soka adalah saat mulainya musim penghujan, karena pada saat musim penghujan hasil penangkapan kepiting oleh nelayan sangat meningkat terutama jenis kepiting kroyo, yang dibutuhkan sebagai bibit budidaya kepiting Soka.

B.  Persyaratan lahan tambak
Salah satu syarat yang dibutuhkan dalam budidaya kepiting Soka adalah tambak. Namun tambak yang cocok untuk berbudidaya adalah sebagai berikut :
a.       Pematang / tanggul tambak tidak banyak kebocoran.
b.      Mempunyai saluran masuknya air dan saluran pembuangan air.
c.       Kedalaman air dan dasar tambak tidak kurang dan 80 cm.
d.      Ph tanah antara 6 — 7
e.       Terdapat tanaman vegetasi mangrove pada sekeliling tambak.

C.  Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan pada budidaya kepiting Soka sangat sederhana. Karena pada dasarnya budidaya kepiting soka lebih ditekankan pada kontrol pemanenan, karena kontrol panen dilakukan setiap 3 jam sekali atau 8 kali dalam sehari semalam. Hal ini mutlak dilakukan agar hasil produksi kepiting Soka tetap terjaga kelunakan kulitnya. Artinya kulit kepiting tidak mengeras, sehingga masuk standar kualitas ekspor.

D.  Penanggulangan Hama dan Penyakit
Dalam budidaya kepiting Soka hampir tidak ditemui hama maupun penyakit. Apabila terjadi kematian itu lebih disebabkan karena bibit kepiting kroyo yang ditebar terlalu lama di pengepul kepiting dan kematian lebih banyak terjadi pada awal penebaran karena proses adaptasi, akan tetapi antisipasi penanggulangan hama dan penyakit tetap dilakukan menggunakan obat-obatan yang ramah Lingkungan seperti Saponin yang digunakan untuk memberantas predator.

E.  Sirkulasi Air
Air merupakan faktor penting dalam budidaya kepiting Soka. Terlebih budidaya ini dilakukan kontrol panen setiap 3 jam sekali, sehingga kualitas air akan lebih cepat diketahui dengan melihat hasil kepiting yang ganti kulit. Artinya ketika hasil produksi kepiting mengalami penurunan sedangkan kematian meningkat, maka segera dilakukan pergantian air oleh karena itu harus mempunyai petak tambak untuk tandon air atau penampungan air sehingga pada saat akan mengganti air tambak budidaya tidak perlu menunggu datangnya air pasang dari laut dengan mesin pompa sekaligus menambah oksigen.

F.  Penanganan Panen dan Pasca Panen
Keunggulan budidaya kepiting Soka adalah panen dilaksanakan setiap hari, atau 3 jam sekali dilakukan kontrol panen. Hal ini bertujuan agar Kepiting yang ganti kulit tidak menjadi keras. Kemudian direndam dengan air pada ember selama 30 menit ini bertujuan untuk mengeluarkan lendir kadar garam yang terdapat pada kepiting yang baru mengalami proses pergantian kulit. Setelah kepiting Soka selesai direndam tempatkan pada keranjang khusus untuk mengemas hasil produksi kepiting Soka, kemudian ditutup dengan handuk basah. Tujuan penutupan handuk basah agar kepiting Soka tidak banyak bergerak, sehingga terjaga agar tetap lunak.

G. Kendala
            Kendala yang sering dialami oleh para petani kepiting Soka biasanya pada saat pertamakali pembibitan karena masih dalam tahap adaptasi lingkungan dan air yang baru kepiting soka banyak yang mati, tapi presentasenya tidak banyak dan hal itu pun sudah wajar terjadi bahkan oleh semua pengusaha tambak ikan.

REFERENSI